
Kudus, 10 Juni 2025 – Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria menggelar serangkaian kegiatan Pra-Haflah sebagai persiapan matang menyambut Haflatul Hidzaq. Kegiatan ini dinilai krusial untuk memastikan kesiapan fisik dan rohani para santri dalam meraih “Tajul Injazat” atau Mahkota Prestasi mereka.
Pengasuh Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria, KH. Nur Khamim, Lc., M.Pd., mengungkapkan pentingnya rangkaian kegiatan ini dalam wawancara eksklusif. “Untuk menuju haflah harus disiapkan tahapan fisik dan rohani,” tutur beliau.
Membangun Fondasi Fisik dan Rohani
Menurut KH. Nur Khamim, persiapan fisik santri menjadi prioritas utama.
“Untuk penguatan fisik sendiri, karena santri butuh fisik yang prima saat haflah, perlu peningkatan imun dan penjagaan kesehatan, perlu minum jamu, telur, dan madu,” tutur beliau.
Selain itu, aspek rohani juga tak kalah penting.
“Untuk memantapkan aspek rohani, perlu dilakukan kegiatan ziarah, manaqib pra haflah, sebagai identitas Aswaja, menyeimbangkan antara ikhtiar dan doa,” tambah beliau.
Beliau juga menekankan pentingnya strategi dalam mencapai tujuan.
“Guna meraih natijah, harus pandai-pandai menyusun muqoddimah-muqoddimah, atau dalam istilah lainnya, untuk meraih konklusi, harus pandai-pandai menyusun premis-premis minor dan mayor,” jelas beliau secara filosofis.
Meningkatkan Semangat dengan Pendampingan Intensif
KH. Nur Khamim juga menjelaskan bagaimana kegiatan Pra-Haflah dapat meningkatkan semangat dan keseriusan santri.
“Caranya adalah dengan perlu ditanamkan akan urgensi agenda-agenda pra haflah. Ketika santri tahu, muncul sikap serius dan sungguh-sungguh, tidak hanya semangat, namun rasa nyaman dan senang,” tutur beliau.
Beliau juga menambahkan, “Maka dikemas dalam kegiatan pra haflah yang variatif, serta menyesuaikan waktu dengan agenda harian santri. Selanjutnya, menjadi pendampingan intensif dari panitia dengan telaten, semangat dari para ustadzah pendamping juga penting.”

Ziarah sebagai Wujud Penghormatan dan Barokah
Salah satu kegiatan penting dalam rangkaian Pra-Haflah adalah ziarah ke makam Sunan Muria dan Simbah KH Arwani Amin. KH. Nur Khamim menegaskan bahwa hal ini adalah keharusan.
“Sudah menjadi keharusan, karena beliau berdua yang kita usung di pondok kita,” tutur beliau.
“Menjadi hal yang sudah seharusnya ketika ada Tajul Injazat, kita sowan kepada beliau berdua untuk memohon barokah doa restu,” imbuhnya, merujuk pada Haflatul Hidzaq sebagai “Mahkota Prestasi” yang luar biasa.
Menanamkan Nilai Islam dan Tradisi Pesantren
Rangkaian kegiatan Pra-Haflah juga bertujuan untuk memperkuat kesadaran dan kecintaan santri terhadap nilai-nilai Islam dan tradisi pesantren.
“Kegiatan tersebut bertujuan agar santri tidak ‘lali weton’ atau agar identitas kesantrian Aswaja tidak lepas, agar terpatri pada diri santri,” tutur KH. Nur Khamim.
Beliau melanjutkan, “Segala hal membutuhkan rangkaian proses yang tidak mudah, dan agar santri mengerti bahwa sesungguhnya hidup ini adalah perjuangan dan pengorbanan.” Menurutnya, ketika santri menyadari bahwa haflah adalah sebuah “Tajul Injazat” yang membutuhkan proses, mereka akan menjadi serius, bangga, bersyukur, dan selalu semangat menjaga hafalan serta aktif melakukan kajian. “Tentu ini menjadi tradisi pesantren yang harus dilestarikan,” tutur beliau.
Pesan untuk Santri Khotimat: Tiada Hasil Mengkhianati Proses
Kepada para santri khotimat, KH. Nur Khamim menyampaikan pesan yang mendalam. “Kepada semua santri khotimat, tanamkan di hati bahwa sudah menjadi Sunatullah, tiada hasil yang mengkhianati proses. Ketika berproses maksimal, tentu juga akan mendapatkan hasil maksimal. Man jadda wajada (barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil),” tutur beliau.
Beliau juga memberikan motivasi saat menghadapi tantangan. “Andai dalam proses menemui ujian dan cobaan, seperti sakit, atau semangatnya turun, maka harus ditanamkan, fokus pada cita-cita, canangkan cita-cita, dan asa. Jangan pernah berhenti karena ujian, cobaan, rintangan, tantangan. Jangan pernah berhenti sebelum cita-cita sudah di tangan, sebelum asa sudah digapai,” tutup KH. Nur Khamim. (Ar/ Fid)
Reporter: Arofatul Ulya
Tinggalkan Balasan