Apel Pagi: Doa dan Harapan Santri untuk Indonesia

KUDUS- Ratusan santri dan ustadz – ustadzah Madrasah Aliyah Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria menggelar apel pagi pada Senin (01/09/2025). Apel ini dilaksanakan sebagai bentuk keprihatinan atas berbagai musibah yang belakangan ini melanda Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Apel pagi yang dipimpin langsung oleh Pengasuh sekaligus Kepala Madrasah Aliyah Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria, KH. Nur Khamim, Lc., M.Pd., menjadi momen refleksi dan doa. Dalam amanatnya, KH. Nur Khamim, Lc., M.Pd. mengajak seluruh hadirin untuk bersimpati atas bencana alam yang terjadi, seperti banjir yang melanda Kabupaten Aceh Barat Daya serta hujan dan angin kencang yang menimpa Kota Manado pada Agustus kemarin.

“Kita tidak bisa berdiam diri melihat kondisi bangsa ini. Selain bencana alam, kita juga prihatin dengan degradasi moral yang terjadi di berbagai lini kehidupan,” tutur KH. Nur Khamim, Lc., M.Pd. dengan nada penuh keprihatinan.

Abah Khamim, panggilan akrabnya, juga menyoroti berbagai isu sosial yang mencuat, di antaranya kekecewaan masyarakat terhadap anggota dewan yang mempertontonkan kemewahan di tengah kondisi ekonomi yang melemah. Selain itu, maraknya ujaran kebencian, demonstrasi besar-besaran, dan penggunaan media sosial yang kebablasan turut menjadi perhatian.

Dalam amanatnya, KH. Nur Khamim, Lc., M.Pd. mengajak seluruh santri untuk melihat kondisi ini sebagai sebuah ujian bagi bangsa. Beliau menegaskan bahwa Indonesia, dengan kekayaan alam dan keberagaman budayanya, adalah “surga yang bocor” yang sedang diuji ketahanannya.

“Jika kita semua berhasil melewati ujian ini, kita akan naik kelas sebagai bangsa yang lebih kuat dan berkarakter,” tegas KH. Nur Khamim, Lc., M.Pd.

Menanggapi tantangan tersebut, Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria berkomitmen untuk terus berlandaskan pada visi dan misi yang telah dirintis oleh para pendirinya. Program-program yang disusun untuk para santri bukan sekadar formalitas, melainkan aksi nyata yang diimplementasikan secara konsisten.

Salah satu program unggulannya adalah “Tirakat 40 Hari di Awal Mondok”. Program ini bertujuan untuk membangun jiwa dan raga para santri agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan mencintai negerinya.

“Tirakat ini adalah pondasi untuk membentuk pribadi ‘Hafidhah Shalihah Qur’ani Amali’, yaitu pribadi yang mencintai Allah, Rasul, sesama, dan tentu saja, mencintai negeri ini. Kami berharap, santri-santri ini bisa menjadi agen perubahan yang merajut kebersamaan dan kekeluargaan di masa depan,” tutur KH. Nur Khamim, Lc., M.Pd.

Apel pagi ini ditutup dengan doa bersama, memohon keselamatan dan kebaikan bagi seluruh rakyat Indonesia agar dapat melewati setiap ujian dan kembali menjadi bangsa yang adil, makmur, dan berakhlak mulia. (Ar/fid)

Penulis: Arofatul Ulya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *