Rasa Syukur Tak Terhingga Usai Rampungkan Hafalan 30 Juz

Kudus- Rasa syukur yang sangat mendalam dirasakan oleh santriyah Khotimat Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria (PTPYQ 2 M) yang telah menyelesaikan hafalan Al- Qur’an 30 Juz. Hal ini ditandai dengan diselenggarakannya acara Sanadan dan Penyerahan Syahadah yang dilaksanakan di aula PTYQ pusat kemarin (11/6/2025).

Abuya Romo KH. Ulin Nuha Arwani, selaku pengasuh Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus dalam acara Haflatul Hidzaq ke- 4 mengajak kepada 81 santri khotimat untuk memperbanyak rasa syukur kepada Allah SWT karena telah merampungkan hafalan Al-Qur’an 30 Juz. Rasa syukur itu meliputi syukur bil lisan, syukur bil Janan, syukur bil arkan dan syukur bi Shadaqah (bancaan).

  • Memperbanyak Syukur

Syukur bil lisan, dengan cara memperbanyak mengucapkan syukur kepada Allah dengan perkataan yang baik, digunakan untuk mengaji. Syukur bil Janan dibarengi hati anda semua, karena anugerah yang terima bener- benar anugerah dari Allah. Syukur bil Arkan, segala anggota badan digunakan untuk ibadah kepada Allah SWT. Syukur bi shadaqah yakni dengan cara sering- sering bancaan/ shadaqah,” tuturnya.

Abuya Romo KH. Ulin Nuha Arwani juga menambahkan bahwa, dawuh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Shadaqah merupakan tolak balak. Balak adalah sesuatu yang tidak diinginkan. Jika seseorang mengadakan bancaan, ketika ada sesuatu yang akan menimpa orang tersebut maka mungkin hal itu tidak terjadi disebabkan karena shadaqah.

  • Merawat Al- Qur’an

Dawuh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Rawatlah Qur’an. Yakni dengan memperbanyak nderes. Ketika sudah khatam, maka diulangi lagi. Atau bisa dengan menghatamkan Al-qur’an dengan cara Famibisyauqin,” tutur beliau saat memberikan wejangan di acara Haflatul Hidzaq ke-4.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Al- Qur’an itu lebih mudah lepas ketimbang unta yang lepas dari ikatannya. Padahal unta itu hewan yang tidak mau diikat. Sifatnya Al Qur’an juga begitu, jika tidak mau mengikuti dawuh rasul maka Al- Qur’an itu bisa hilang meskipun sudah di hafal.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Kesibukan yang dilakukan setiap hari, maka sebaiknya dibagi, tetap nderes Al- Qur’an. Firman Allah SWT dalam Qur’an Surat Al- Muzammil ayat 4, أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلًا.

“Ketika ada kesibukan di pagi hari, maka bisa dilaksanakan malam hari. Bisa semalam suntuk, atau sisakan sedikit di waktu malam untuk nderes. Pilihan- pilhan waktu tersebut bisa di manfaatkan untuk nderes Al- Qur’an dengan cara tartil,” dawuh Abuya Romo KH. Ulin Nuha Arwani.

Beliau menambahkan, para santri ketika nderes, antara lisan, akal pikiran dan sanubari bisa bersama- sama dalam membaca Al- Qur’an. Jika saat ini nderesnya masih sebatas lisan, maka harus latihan supaya antara akal dan hatinya ikut nderes.

“Selain itu hukum tajwid juga dipenuhi, fardhu ‘ain hukumnya dalam membaca Al-Qur’an. Apabila membaca Al-Qur’an tidak memenuhi hukum tajwid, maka kita melakukan dosa. Ketika melakukan dosa, maka hati kita terdapat dosa. Ketika terdapat dosa maka menyebabkan hafalan itu cepat hilang, karena hatinya terdapat dosa,” tutur beliau. (fid)

Reporter: Zaim Fida

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *