PTPYQ 2 Muria

Terwujudnya Hafidhah Qur'ani 'Amali, Unggul dalam Prestasi, Berkarakter Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah

Tak Berkategori

Menjadi Mujahidah, Alimah, serta Abidah

KH. Abdul Qoyyum Mansur Lasem saat memberikan Mauidhoh Hasanah saat acara Haflatul Hidzaq ke- 3 di PTPYQ 2 Muria

Kudus- Langkah kaki enam puluh empat khotimat, yang berjalan pelan menuju panggung tentu membuat haru siapa saja yang melihatnya. Ayat demi ayat yang dilantunkan, semakin menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya.

Pada Kamis Wage, 6 Juni 2024, Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria melaksanakan Haflatul Hidzaq Ke-3. Di hari itu, KH. Abdul Qoyyum Mansur Lasem menyampaikan mauidhoh hasanah, berupa hal hal indah dalam Al-Qur’an.

Pada pesan beliau, perempuan ahli Qur’an harus menjadi Mujahidah atau pejuang. Perempuan harus mampu menempatkan diri dalam segala peran, di antaranya, di tengah tengah masyarakat, di dalam rumah tangganya, mendidik anak, mendidik santri, dan masih banyak lagi.

Gus Qoyyum, sapaan akrab beliau, kemudian mencontohkan perempuan pejuang, seperti Ummu Aiman. Beliau merupakan perempuan ahli Qur’an yang turut hijrah ke Madinah. Beliau berjalan hampir 500 KM dalam posisi puasa tanpa membawa bekal apapun. Di tengah perjalanan, saat berbuka puasa, Allah memberinya hadiah karomah. Allah menurunkan timba berisi air dari langit untuk diminum Ummu Aiman. Setelah meminum air dari timba tersebut, Ummu Aiman tidak pernah merasakan kehausan lagi selama hidupnya.

Perempuan juga harus menjadi Alimah atau ahli ilmu, seperti putri Imam Malik. Dikisahkan, ketika Imam Malik mengajar Kitab Aal-Muwattho’, kemudian muridnya membaca kitab, setoran hadits, jika ada yang salah, maka putri Imam Malik mengetuk pintu sebagai isyarat bahwa bacaan kitab atau setorannya ada yang salah.

Selanjutnya, perempuan harus menjadi Abidah atau ahli ibadah. Perempuan ahli Qur’an harus memaksimalkan waktunya untuk ibadah, seperti halnya Hunaidah. Beliau selalu menghidupkan malam malamnya dengan membaca Al-Qur’an, qiyamullail, dan amaliyah ibadah lainnya.

Ketika Hunaidah sudah wafat, datang suara dalam mimpi suaminya, “Jika ingin bersama Hunaidah di akhirat nanti, maka harus melanjutkan amaliyah Hunaidah semasa hidup”. Sang suami kemudian melanjutkan amaliyah Hunaidah. Kemudian, ketika sang suami meninggal dunia, anaknya mendapati mimpi yang sama, sehingga keluarga ini disebut Qowwamun atau keluarga ahli ibadah.

Kemudian, Gus Qoyyum juga mendoakan para santriyah khotimat, semoga menjadi perempuan yang mampu menjaga Al-Qur’an, sholihah, serta mendapatkan pekerjaan pekerjaan yang mulia. (Ar/fid)

Penulis: Arofatul Ulya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *