PTPYQ 2 Muria

Terwujudnya Hafidhah Qur'ani 'Amali, Unggul dalam Prestasi, Berkarakter Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah

Tak Berkategori

PTPYQ 2 Muria Peringati 1 Abad NU dengan Istighotsah dan Upacara

Kudus- Dalam rangka peringatan Hari Lahir 1 Abad Nahdhatul Ulama Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria (PTPYQ 2 M) mengadakan istighotsah dan Upacara. Acara tersebut diikuti seluruh santri dan ustadz- ustadzah yang di mulai dari tanggal 06- 07 Februari 2023 M/ 15- 16 Rajab 1444 H.

Diawali dengan acara istighotsah dipimpin oleh Pengasuh PTPYQ 2 Muria, Abah KH. Nur Khamim, Lc.,M.Pd., dan diikuti oleh seluruh santriyah dan ustadz- ustadzah usai jamaah Shalat Isya’. Pada hari berikutnya dilanjutkan dengan upacara bendera juga diikuti oleh seluruh santriyah dan ustadz- ustadzah di gedung madrasah belakang.
Abah Khamim, dalam amanat upacara menuturkan bahwa ada dua hal yang melatar belakangi berdirinya jam’iyah Nahdhatul Ulama. Pertama, melalui deretan peristiwa yang cukup panjang, Hadrotusysyaikh KH. Hasyim Asy’ari berdiskusi dengan para ulama di nusantara. Beberapa ulama mengusulkan kepada KH Hasyim Asy’ari untuk membuat organisasi resmi. KH Hasyim Asy’ari pun memikirkan hal itu, karena beliau memiliki keinginan yang sama.


KH. Hasyim Asy’ari pun lantas minta izin kepada gurunya yakni Simbah KH. Kholil Bangkalan. Sebelum beliau matur kepada gurunya, Simbah KH. Kholil Bangkalan pun sudah mengetahui hal ini. Kemudian beliau mengutus kepada muridnya KH. As’ad Samsul Arifin untuk menyampaikan pesan kepada KH Hasyim Ay’ari dengan membawa tongkat dari Simbah KH. Kholil Bangkalan. Untuk memantapkan niat dari KH. Hasyim Asy’ari ditahun berikutnya KH. Kholil Bangkalan kemudian mengutus murid untuk kedua kalinya yakni KH As’ad Samsul Arifin dengan membawa tasbih.
KH. As’ad Samsul Arifin menyampaikan dawuh dari KH. Kholil Bangkalan kepada KH. Hasyim Asy’ari dengan berjalan kaki. Kemudian dawuh dari Syaikhona Kholil Bangkalan bahwa KH. Hasyim Asy’ari sendiri yang mengambil tasbih tersebut dari KH. As’ad Samsul Arifin.

“Poin kedua, di tahun yang sama di tanah Hijaz antara tahun 1924-1925 di kota suci Makkah Madinah di kuasai oleh Raja Saud. Singkat cerita bahwa raja tersebut memegang paham wahabi. Dimana tradisi keislaman dan situs sejarah akan dihanguskan karena bisa menjadikan musyrik, tidak terkecuali makam baginda nabi Muhammad juga akan diratakan dengan tanah,” tutur Abah Khamim.

Hal inilah yang lantas menjadikan para Ulama di Indonesia berpikir keras. KH. Hasyim Asy’ari kemudian mengutus KH. Wahab Chasbullah bertemu raja Saud. Wacana yang beredar saat itu adalah bahwa Raja Saud hanya menerima tamu resmi diantaranya yang sudah memiliki stempel. Kemudian KH Wahab Chasbullah meminta kepada KH. Hasyim Asy’ari untuk memformalkan organisasi Nahdhatul Ulama sebagai organisasi.

“Peringatan 1 abad NU, dengan tema “Merawat Jagad dan Membangun Peradaban” ini akan dicatat dalam perjalanan nusantara. Bahwa jam’iyah ini ketika maghrib, mulai masuk abad ke 2,” tuturnya.

Maka dalam kegiatan ini pertama, sedikit aspirasi kontribusi ikut bangga atas anggota jamiyah NU. Kedua, PTPYQ 2 M loyal terhadap jam’iyah kepada masyayikh, syukur dan bahagia dalam acara 1 abad harlah NU. Ketiga, rangkaian harlah 1 Abad NU dimulia istighosah, kita mendoakan bagi para muassis, pendiri jamiyah, masyayikh, ulama, habaib yang sudah dipanggil Allah mendapat sisi mulia. Para masyayikh yg masih hidup yg mengurus jamiyah semua diberi kekuatan kesehatan keberkahan lahir batin memasuki abad ke 2.

Merawat Jagad dan Membangun Peradaban islam dan dunia, nasional maupun internasional.
“Doa Santri tahfidh mustajabah, lantunkan doa suci untuk jam’iyah, masyayikh, untuk ulama dan untuk pondok. Memasuki abad ke 2 sebagai motivasi berkiprah sesuai bidang kita masing- masing. Kedepan menerohkan prestasi jamiyah kita tercinta ini,” tutur Abah.(fid/Ar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *