Gebyar Turats Islami; Ajang Asah Bakat Santri
Kudus – Pagi itu, santriyah MA Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria terlihat begitu antusias mengikuti kegiatan bertajuk Gebyar Turats Islami. Pembukaan kegiatan berlangsung meriah dan unik, karena menggabungkan rebana dan musik beat box.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini merupakan momen berharga bagi santriyah untuk mengasah ketrampilan mereka di bidang kitab. “Kegiatan ini meningkatkan pengetahuan tentang kitab, kemampuan berbahasa, dan mengasah kreativitas kami,” kata Syahla Habibah, santriyah kelas XI-2.
Lebih dari itu, kegiatan ini melatih keahlian santri dalam membaca kitab, seperti yang disampaikan oleh Ketua Panitia, Ustadz Prima Kurnia Rahman, S.Ag. “Kegiatan ini Mengasah potensi dan keahlian para santri dalam membaca, memahami dan memperdalam kajian kitab salaf Islam, memberikan wadah bagi santri untuk berani tampil dan menunjukkan kemampuannya di depan publik, serta diharapkan dapat memperoleh keberkahan para Ulama’ serta dapat mencetak kader kader penerus perjuangan para Ulama’.” Tutur beliau.
Pengasuh pondok sekaligus kepala MA Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria, Abah KH. Nur khamim, Lc., M.Pd., menuturkan bahwa terwujudnya kegiatan ini terinspirasi oleh dua hal. Pertama, sesuai yang termaktub dalam Surah At-Taubah ayat 122, bahwa harus ada pembagian tugas dalam masyarakat. Sebagian harus menuntut ilmu dan mendalami agama Islam, supaya ajaran-ajaran agama dapat diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan bermanfaat, sehingga kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan.
Menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan umat dan mengembangkan agama Islam, agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh semua lapisan masyarakat. Kemudian sesuai visi pondok penggalan pertama, “Terwujudnya hafidhoh Qur’ani amali”, yang berarti bahwa nilai nilai ayat Al-Qur’an yang sudah dihafal, harus diaplikasikan. Hal tersebut dapat terwujud apabila seseorang memiliki kemampuan memahami, menggali, mengistinbat, serta mengeksplorasi nilai hikmah makna dalam Al-Qur’an.
Kedua, Imam Syafi’i memiliki pengikut madzhab terbesar, karena Imam Syafi’i itu punjer, pusat. Setelah Nabi wafat, para sahabat hijrah. Ada sahabat yang berada di Madinah, sanad keilmuan Imam Syafi’i bersambung melalui sahabat Abdullah bin umar. Kemudian ada sahabat yang berada di Makkah, sanad keilmuan Imam Syafi’i bersambung melalui Sayyidina Abdullah bin Abbas. Selanjutnya, ada sahabat yang hijrah ke Iraq, sanad keilmuan Imam Syafi’i bersambung melalui Sahabat Abdullah bin Mas’ud. Itulah beberapa di antara rahasia Madzhab Syafi’i tersebar di mana mana.
“Hal hal seperti ini harus diketahui, melalui kajian kajian kitab. Salah satu ikhtiarnya, di antaranya melalui kegiatan ini. Akhirnya, selamat berkompetisi untuk menambah kompetensi kalian bidang pemahaman kitab dan Bahasa.” Tutur Abah KH. Nur khamim, Lc., M.Pd.
Pada tempat yang sama, Drs. KH. Abdul Manaf, Ketua Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria, juga mendukung penuh kegiatan ini. “Semoga kegiatan ini diberkahi dan diridhoi Allah, saya mengapresiasi kegiatan yang diselengggarakan. Semoga kegiatan ini menunjang, bermanfaat besar, karena mengkaji kitab, menjabarkan nilai hikmah Al Qur’an, sehingga harus dan wajib dipelajari.” Tutur beliau.(Ar/fid)
Penulis: Arofatul Ulya