Mengenal Dunia Pers Lebih Dekat
Kudus- Tim Jurnalistik Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria (PTPYQ 2 M) mengadakan kunjungan redaksi ke Suara Merdeka jawa Tengah dan Jawa Pos Radar Semarang. Kegiatan itu bertujuan untuk mengenal dunia pers lebih dekat dan menambah wawasan para santriyah di bidang jurnalistik.
Tiba di kantor Suara Merdeka, seluruh santriyah dan ustadz-ustadzah pendamping disambut langsung oleh pemimpin dan sekretaris redaksi Suara Merdeka, yakni Bapak Triyanto Triwikromo dan Bapak Setiawan Hendra Kelana. Selanjutnya ramah satamh dan sambutan dari pendamping jurnalistik yang diwakili oleh ustadzah Zaim Fida.
“Tujuan dari kunjungan redaksi ini adalah supaya kualitas tulisan santriyah menjadi lebih baik. Yakni saat pembuatan majalah, buletin dan artikel lainnya,” ungkapnya.
Setelah sambutan dilanjut dengan pemaparan materi oleh pemred Suara Merdeka, Bapak Triyanto Triwikromo. Sebelum menyampaikan materi, beliau menceritakan awal karirnya saat menjadi seorang Reporter. Awalnya beliau adalah seorang wartawan biasa hingga suatu ketika beliau mendapat beasiswa ke Jerman.
Bapak Tri, panggilan akrabnya, mengatakan bahwa sebagai jurnalis dibutuhkan kecerdasan yang diatas rata- rata. Selain itu beliau juga menambahkan terkait tulisan artikel yang biasa disebut dengan ilmiah populer.
“Ilmiah populer itu disampaikan dengan bahasa jurnalistik yang jelas, lugas dan singkat,” papar beliau kemarin (29/08).
Sementara itu, bapak Setiawan, menambahkan terkait apa itu UU Pers. Beliau menjelaskan bahwa sebagai wartawan kita mendapatkan hak-hak layaknya yang tercantum di UU Pers tersebut.
Perjalanan dilanjutkan menuju kantor Jawa Pos Radar Semarang. Setibanya disana pemimpin redaksi Bapak Pratono langsung memberikan sambutan. Dalam sambutannya beliau menuturkan bahwa, kegiatan ini dapat menambah wawasan seorang jurnalistik dalam pembuatan buletin dengan tema yang unik sehingga dapat menarik banyak minat masyarakat.
Beliau juga menceritakan awal perjalanannya sebelum menjadi seorang pemimpin redaksi. Pada saat kuliah beliau mengambil jurusan dibidang peternakan, disisi lain keluarga beliau juga suka membeli koran dari Jawa Pos. Hal inilah yang membuat beliau tertarik menjadi seorang wartawan.
Diawal kariernya beliau mendapat banyak sekali cobaan, mulai dari menulis artikel terlalu panjang, dengan tulisan yang bertele-tele, bahkan ketika beliau mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) beliau sampai dikira salah satu komplotan dari pelaku.
“Dulu saya pernah disuruh buat menulis berita tentang pertandingan bola basket, tapi saya malah nulis dengan gaya pertandingan sepakbola. Jadi setiap pemainnya masukin bola ke ring saya tulis kejadiannya. Ya, tulisannya jadi terlalu panjang,” jelas beliau.
Sesudah menjelaskan beberapa materi dan sedikit menceritakan pengalaman beliau, seluruh santriyah dan pendamping diajak untuk melihat studio TV Jawa Pos. Studio ini biasanya digunakan untuk shooting berita maupun podcast.
“Studio ini memang tampaknya kecil, tapi bisa digunakan untuk berbagai macam acara. Suasananya pun berbeda – beda, ada yang untuk formal dan santai,” tutur beliau. (juw/sha/nie/aly/*)
Penulis: Maharani Marjuwwi, Keisha Aqila, Nieha Rahma, Alya Elmeera