PTPYQ 2 Muria

Terwujudnya Hafidhah Qur'ani 'Amali, Unggul dalam Prestasi, Berkarakter Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah

BeritaBerita

Tak Hanya Kenal Media Sosial Tapi juga Media Ilahi

Habib Muhammad Ibn Anis Ibn Ali Al Habsy saat memberikan wejangan kepada santriyah, para ustadz- ustadzah dan keluarga besar PTPYQ 2 Muria usai menghadiri acara Buka Luwur dan Haul Kanjeng Sunan Muria

Kudus- Persoalan pelik terkait media sosial menjadi perhatian khusus oleh Habib Muhammad Ibn Anis Ibn Ali Al Habsy. Segi negative dari media sosial yang muncul dapat mempengaruhi pemikiran masyarakat untuk mengikuti trend tersebut.
Dalam pembahasan kali ini Habib Muhammad Ibn Anis Ibn Ali Al Habsy berdiskusi tentang imbas yang muncul akibat adanya media sosial. Seiring berkembangnya zaman, media sosial menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini disampaikan saat beliau berkunjung ke PTPYQ 2 Muria usai menghadiri acara Haul dan Buka Luwur Kangjeng Sunan Muria yang ke- 400.
Segi negative dari media sosial berefek pada pembentukan karakter dalam diri seseorang. Adanya trend negatif yang muncul di media sosial dapat memengaruhi pemikiran masyarakat untuk mengikuti trend tersebut. Seperti halnya kasus perceraian dan pembunuhan.
“Orang tua yang memondokkan anaknya bukan berarti membuangnya, tapi mereka justru beruntung karena diselamatkan oleh Allah dari efek negatif medsos dan membantu mewujudkan generasi yang cerdas,” tuturnya.
Habib Muhammad mengatakan bahwa cerdas dibagi menjadi 3. Pertama adalah cerdas spiritual atau cerdas dalam keimanan. Contohnya, mengetahui sholat itu wajib, kesadaran nderes untuk menjaga hafalan, dan yakin bahwa Allah melihat semua yang dikerjakan makhluknya meskipun tidak ada orang lain yang melihat.
“Yang kedua adalah cerdas intelektual berupa kemampuan memahami dan kemudahan dalam menghafal. Kecerdasan ini dapat dicari selama terus mencoba dan berusaha,” tuturnya di aula MA kemarin (21/7).
Beliau memberi perumpamaan 10 ekor katak hendak melompati tangga yang tinggi, semuanya mengaku tidak bisa kecuali seekor katak yang terus mencoba, tetapi teman temannya malah mengejeknya. Semakin dia mencoba, semakin tinggi lompatannya dan akhirnya berhasil.
Setelah diketahui ternyata katak yang berhasil itu tuli. Dari sini, kita mengetahui bahwa teman itu membawa pengaruh yang besar sehingga kita harus menghindari teman yang suka menjatuhkan. Ketiga adalah cerdas emosional yaitu bisa mengelola perasaan dan kejiwaan. contohnya tidak mudah tersinggung dan marah, tidak minder, iri serta tidak sombong.
Dalam hal ini Habib Muhammad menyinggung mengenai perilaku bullying. Hukum pembullyan secara syariat itu dzolim karena membawa efek negatif yang berdampak pada mental seseorang. Orang yang membully itu harus diberikan efek jera, hukuman, agar tidak disepelekan.
“Suatu ketika ada sahabat Nabi yang menyembunyikan pedang sahabat lain, ketika Nabi mengetahui hal tersebut beliau langsung menegurnya. Dari situ dapat disimpulkan bahwa Rasul saja menegur pelaku prank terlebih kasus pembullyan,” tuturnya.
Habib Muhammad berpesan untuk menjadikan bullying yang didapatkan sebagai pupuk untuk tanaman, sehingga berkembang dan tumbuh subur. Imam Muhammad bin Abdurrahman Al Auqos terlahir cacat, tubuhnya pendek dan bongkok. Berkat ilmunya yang luar biasa sehingga menjadi Qadhi di Makkah selama 20 tahun.
“Beliau akhirnya disegani karena memiliki wibawa yang sangat tinggi. Jangankan mengejek, orang-orang menyapa saja sudah pada gemetar. Karena ilmu, kondisi kehidupan dan cara pandang seseorang dapat berubah,” tuturnya.(hnf/fid/Ar)

Penulis: Hanifa Elisya Fitrianto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *