Jihad Santri dengan Tholabul Ilmi
Kudus- Jika para ulama dan kyai pada zaman dahulu jihad demi membela bangsa dan Negara, maka untuk saat ini jihad santri diantaranya dengan cara Tholabul ‘ilmi. Karena dengan ilmu terutama berbasis al Qur’an diharapkan para Hafidhoh qur’ani amali dari Yanbu’ Muria ini diharapkan Indonesia semakin jaya, semakin cerah, sukses dan meraih masa keemasannya.
Kiprah Santri Yanbu’ Muria sangat diharapkan dapat mewarnai bangsa Indonesia yang menjadi idola bersama بلدة طيبة ورب غفور. Hal ini dituturkan oleh Pengasuh PTPYQ 2 Muria saat memberikan amanat pada peringatan Hari Santri Nasional 23/10.
“Maksimalkan waktu yang kalian miliki, berdayakan potensi yang kalian miliki supaya potensi kalian tereksplor dan bisa dimaksimalkan untuk berkiprah di masyarakat yang akan datang,” tutur Abah Khamim di lapangan madrasah yang didengarkan oleh semua santri dan asatidz yang mengikuti upacara saat itu.
Sementara itu berkaitan dengan Hari Santri Nasional (HSN), KH Nur Khamim Lc, M.Pd menuturkan bahwa peringatan HSN tidak terlepas dari sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Salah satu pemuda pahlawan bangsa diantaranya Soetomo atau yang lebih dikenal dengan bung Tomo yang terkenal dengan semboyannya Allahu Akbar merdeka atau mati.
“Bahkan salah satu paragraph yang sangat heroik yang diucapkan oleh Bung Tomo yakni selama banteng-banteng Indonesia masih memiliki setitik darah yang bisa merubah kain putih menjadi merah putih, selama itu pula tidak akan kita menyerah kepada siapapun,” jelasnya.
Akhirnya dengan Fadhol Allah swt bangsa Indonesia bisa mengalahkan penjajah Inggris dan Belanda yang ingin menguasai bangsa Indonesia. Maka ketika santri mengetahui sejarah itu agar dapat memposisikan segala sesuatu dengan professional dan proporsional.
“Pada pertengahan September setelah proklamasi kemerdekaan Inggris mendarat kembali ke Indonesia dengan nama NICA, supaya ingin menguasai bangsa Indonesia. Saat pemerintahan baru melakukan konsolidasi, beberapa wilayah di Indonesia di kuasai oleh Inggris kembali melalui pertempuran- pertempuran sengit,” cerita Abah Khamim dengan penuh Khidmah.
Maka melihat realitas itu Bung Karno, Bung Hatta dan Jendral Sudirman kemudian mengutus utusan untuk sowan kepada Hadhrotusy Syaikh Simbah KH Hasyim Asy’ari meminta Fatwa Hukum mempertahankan kedaulatan Negara. Maka oleh Simbah KH Hasyim Asy’ari mengundang semua Kyai sepuh pengurus cabang NU se Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya pada tanggal 21-22 Oktober 1945.
“Perkumpulan itu menghasilkan satu rekomendasi dan fatwa bahwa mempertahankan kedaulatan Negara hukumnya menjadi Jihad bahkan wajib bagi rakyat Indonesia. Setelah kita kenal dengan Resolusi Jihad oleh mbah Hasyim Asy’ari, maka rakyat dengan segala komponennya para kyai, santri, ulama, TNI berbondong-bondong untuk melakukan jihad tersebut,” tutur Abah Khamim.
Para pendekar membentuk barisan non regular yang dipimpin oleh KH. Masykur, para santri dan pemuda membuat satu barisan yang disebut dengan Hizbullah dibawah pimpinan KH Zainul Arifin, lalu para ulama dan kyai sepuh membuat satu barisan yang disebut Mujahidin dipimpin oleh KH Wahab Hasbullah. Akhirnya pada 25 Oktober Inggris mendarat di Surabaya dan semua komponen masyarakat tersebut berjuang hingga pada akhirnya pada 10 Nopember Indonesia bisa mengalahkan Belanda dan Inggris.
“Maka santri Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria Sekilas tentang asal mula resolusi Jihad telah kita ketahui. Maka sebagai santri apa tugas kita saat ini dalam menyikapi resolusi jihad simbah KH Hasyim Asy’ari,” lanjut Abah Khamim.
Sebagai komunitas pesantren harus faham betul tentang sejarah bahwa santri dengan ulama, kyai, Nahdlatul Ulama adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Bahkan santri dan kyai adalah satu bagian yang tidak terpisahkan sebagai pendiri bangsa. Kita ini adalah Orang Indonesia yang beragama Islam, bukan orang Islam yang kebetulan tinggal di Negara Indonesia. Indonesia adalah tumpah darah kita, tempat berjuang dan berkiprah kita, maka rasa cinta tanah air harus ditumbuh kembangkan karena bangsa ini didirikan oleh sesepuh kita,” tuturnya. (fid)